PANDANGAN GURU MATA
PELAJARAN IPS
JAWABAN UTS
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi Jawaban UTS
Mata
Kuliah :Kapita Selekta II (Materi IPS SMK)
Dosen
Pengampu : Dra. Eti Ratnawati, M.Pd
Disusun
Oleh :
Jalil
1410140097
FAKULTAS
TARBIYAH
JURUSAN/SEMESTER :TADRIS.IPS-C/V
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Menurut the National Council for
the Social Studies (NCSS), ilmu sosial adalah studi terintegrasi
menyangkut ras manusia untuk mempromosikan kompetensi warganegara yang
menyediakan studi sistematis meliputi disiplin antropologi, arkeologi, ekonomi,
geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan
sosiologi sebagaimana humanities, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Tujuan
ilmu social yang utama adalah untuk membantu orang-orang muda mengembangkan
kemampuannya guna membuat pemberitahuan dan keputusan yang disertai alasan
sebagai warganegara pada suatu masyarakat yang berbeda.
Dalam diskusi sederhana di tempat
istirahat, ada keluhan dari guru SMP Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), bahwa
pemerintah seolah-olah memandang sebelah mata terhadap mata pelajaran yang satu
ini. Dia merujuk dari kebijakan Ujian nasional (Unas) yang tidak memasukan mata
pelajaran ini ke dalam ujian pemerintah pusat selain matematika, bahasa
Inggris, bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Persoalannya bukan tidak dimasukannya
IPS dalam Unas, akan tetapi bagaimana ilmu ini menjawab tantangan dan perubahan
masyarakat yang dinamis. Menurut Saidiharjo (2004) Pendidikan Ilmu Sosial
bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
sosial yang berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat. Melalui pembelajaran Ilmu sosial (geografi, sejarah,
ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan, antropologi), diharapkan peserta didik
menjadi lebih matang secara emosional, berpikir rasional, memiliki keterampilan
sosial dan intelektual sehingga mampu melahirkan keputusan-keputusan yang tepat
berdasarkan situasi dan kondisi yang dialami.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah :
1.
Apa
saja definisi ilmu-ilmu soial?
2. Apa
yang dimaksud IPS Menurut Para ahli?
3. Bagaimana
hakikat dan Tujuan Pendidikan IPS?
4. Bagaimana
karakteristik Pendidikan IPS?
5. Bagaimana
Pandangan Guru terhadap Mata Pelajaran IPS?
C. Tujuan
Masalah
Setelah mempelajari Konsep
Pendidikan IPS, diharapkan dapat menjelaskan tentang :
1.
Untuk
mengetahui Definisi ilmu-ilmu social.
2.
Untuk
mengetahui pengertian IPS.
3.
Untuk
mengetahui Tujuan dan hakikat pendidikan IPS.
4.
Untuk
mengetahui karakteristik pendidikan IPS.
5.
Untuk
mengetahui pandangan Guru terhadap Mata Pelajaran IPS.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
ILMU SOSIAL, PENGETAHUAN SOSIAL, DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
1.
Ilmu
Sosial (Sicial Science)
Achmad
Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah
sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial
yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi,
makin lanjut makin ilmiah”. Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu
Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk
sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan
pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk. Nursid Sumaatmadja, menyatakan
bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.
2.
Studi
Sosial (Social Studies).
Perbedaan
dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau
disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang
gejala dan masalah social. Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18)
memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf
akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak
pendidikan dasar.
3.
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus
diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama
asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama
kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social
Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu
adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum
Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai
minat sama. [1]
B. PENGERTIAN
IPS
Berikut ini saya mencoba untuk mencari
pengertian IPS menurut beberapa ahli yang saya cari dalam internet sebagai
berikut :
1. Mulyono Tj. (1980:8)
Memberi
batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary
Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari
berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologibudaya,
psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal
ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan
hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata
pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
2.
A.K. Ellis (1991)
bahwa alasan dibalik diajarkannya IPS
sebagai mata pelajaran di sekolah karena hal-hal sebagai berikut:
a.
IPS memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan
mempraktekan demokrasi.
b.
IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan
"dunianya".
c.
IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara
positif.
d.
IPS membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar (fundamental
understanding) tentang sejarah, geographi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
e.
IPS meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah
sosial.
3.
Barr dan teman-temannya (Nelson, 1987; Chapin dan
Messick,1996)
Merumuskan
tiga perspektif tradisi utama dalam IPS. Ketiga tradisi utama tersebut ialah:
a.
IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan
(citizenship transmission).
b.
IPS diajarkan sebagai ilmu-ilmu sosial.
c.
IPS diajarkan sebagai reflektif inquiry (reflective inquiry).
4.
Roberta Woolover dan Kathryn P. Scoot (1987)
Merumuskan
ada lima perspektif dalam mengajarkan IPS . Kelima perspektif tersebut tidak
berdiri masing-masing, bisa saja ada yang merupakan gabungan dari perspektif
yang lain. Kelima perspektif tersebut ialah:
a.
IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan
(citizenship transmission).
b.
IPS diajarkan sebagai Pendidikan ilmu-ilmu sosial.
c.
IPS diajarkan sebagai cara berpikir reflektif (reflective
inquiry).
d.
IPS diajarkan sebagai pengembangan pribadi siswa.
5.
Resnik
yang dikutip oleh Martorella 1991
Dijelaskan
sebagai berikut : Pembelajaran tidak dapat diartikan secara sederhana sebagai
alih informasi pengetahuan dan ketrampilan ke dalam benak siswa. Pembelajaran
yang efektif seyogyanya membantu siswa menempatkan diri dalam situasi di mana
mereka mampu melakukarn konstruksi-konstruksi pemikirannya dalam situasi wajar,
alami, dan mampu mengekpresikan dirinya secara tepat apa yang mereka rasakan
dan mampu melaksanakannya.Hal tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran
selain harus mampu memotivasi siswa untuk aktif, kreatif dan inovatif,
juga hams disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Oleh
karena itu dalam kurikulum pendidikan IPS sekolah dasar tahun 1994 butir 9
tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan GBPP (Depdikbud,
1993) dijelaskan bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru hendaknya
menerapkan prinsip belajar aktif, yakni pembelajaran yang melibatkan siswa
secara fisik, mental (pemikiran, perasaan dan sikap sosial) serta sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
Kenyataan
di lapangan menunjukkan hal yang berbeda dengan konsep di atas, sehingga Sunal
tahun 1990 menyimpulkan bahwa buku-buku teks IPS yang telah ditulis oleh para
ahli, tidak menyajikan proses pembelajaran IPS yang dituntut oleh apa yang
seharusnya dilakukan guru dan apa yang diinginkan siswa.
6.
Menurut
Schug, Todd dan Beery,
Siswa
menghendaki pembelajaran yang bersifat: group projects, field trips,
independent work, less reading, discussions, clear examples, students planning,
and challenging, learning experiences. Class activities, role playing; and
stimulation. Proses pembelajaran IPS di sekolah dasar selama ini lebih
ditekankan kepada penguasaan bahan/materi pelajaran sebanyak mungkin, sehingga
suasana belajar bersifat kaku, dan terpusat pada satu arah serta tidak
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar lebih aktif. Budaya belajar
lebih ditandai oleh budaya hafalan dari pada budaya berfikir, akibatnya siswa
menganggap bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran hapalan saja. Menurut catatan
penulis ada beberapa hambatan, mengapa sampai saat ini inovasi dalam
pembelajaran IPS belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hambatan-hambatan
tersebut antara lain, adalah:
a. Hambatan keahlian dan akademik
b. Hambatan fasilitas pendidikan
c. Hambatan mutu buku pendidikan
d. Hambatan administrasi dan manajemen[3]
C.
HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS
Hakikat
IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial
selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang
ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui
handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara
orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya.
Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh
karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan
menguasai dunia”.
Suatu
tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi
alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari
permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti
daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan
mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya
Anda dapat mencermati contoh berikut ini.
a. Corak kehidupan masyarakat di tepi
pantai utara Jawa yang bentuknya landai dengan laut yang tenang dan tidak
begitu tinggi serta arus angin yang tidak begitu kencang, sangat menguntungkan
bagi masyarakat untuk mencari ikan. Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di
kawasan laut yang dangkal yang masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu
mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua
pelabuhan-pelabuhan besar di pulau Jawa sebagian besar terletak di pantai utara
Jawa.
b. Dataran rendah yang meliputi daerah
pantai sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut merupakan kawasan
yang cadangan airnya cukup, didukung oleh iklimnya yang cocok, merupakan
potensi alam yang cocokuntuk dikembangkan sebagai areal pertanian, misalnya
Karawang, Bekasi, Indramayu, Subang dan sebagainya. Dataran tinggi yang
beriklim sejuk, dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang maka sistem
pertanian yang dikembangkan adalah pertanian lahan kering dan holtikultura seperti
sayuran, buah-buahan, da tanaman hias.
c. Lain dengan daerah pegunungan yang
memiliki corak tersendiri. Karena sedikitnya persediaan air tanah,
mengakibatkan pemukiman penduduk terpusat di lembah-lembah atau mendekati alur
sungai. Hal ini dikarenakan mereka berusaha untuk mendapatkan sumber air yang
relatif mudah. Ladang yang mereka usahakan biasanya terletak di lembah
pegunungan.
Aspek
pengaturan dan kebijakan ini termasuk aspek politik Marilah kita cermati
kembali apa yang sudah kita pelajari di atas. Setelah kita pelajari ternyata
kehidupan itu banyak aspeknya, meliputi aspek-aspek.
a. hubungan sosial: semua hal yang
berhubungan dengan interaksi manusia tentang proses, faktor-faktor,
perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu sosiologi
b. ekonomi: berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam
ilmu ekonomi
c. psikologi: dibahas dalam ilmu
psikologi
d. budaya: dipelajari dalam ilmu
antropologi
e. sejarah: berhubungan dengan waktu
dan perkembangan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah
f. geografi: hubungan ruang dan tempat
yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu geografi
g. politik: berhubungan dengan norma,
nilai, dan kepemimpinan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dipelajari
dalam ilmu politik
1. Tujuan Pendidikan IPS
Berdasarkan
pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan
nasional, yaitu: membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk
membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat
menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya,
dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945.
Berkaitan
dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang
akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan
disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak.
Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan
bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:
a. mengajarkan konsep-konsep dasar
sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan
psikologis.
b. mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan social
c. membangun komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
d. meningkatkan kemampuan bekerja sama
dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun
global.
Sejalan
dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006)
adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya
serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik
merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa,
yaitu :
a. Pengetahuan Dan Pemahaman
Salah satu
fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang
masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
b. Sikap Hidup Belajar
IPS juga
bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar
IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide,
konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang
akan datang.
c. Nilai-Nilai Sosial Dan Sikap
Anak
membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga
mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting
di dalam pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam
masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga,
masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadapa
perkembangan nilai-nilai dan sikap anak.
d. Keterampilan
Anak
belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari
bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat,
mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan
menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan.[4]
D.
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN IPS
Untuk
membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini
dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
1.
Materi
IPS
Ada 5 macam sumber materi IPS antara
lain:
a. Segala sesuatu atau apa saja yang
ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan
sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata
pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya
meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari
lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan
kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai
yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi
berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
2.
Strategi
Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi
penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu
tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga,
masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti
ini disebut “The Wedining Horizon or
Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Sebutan Masa Sekolah Dasar,
merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk
besekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut.
1.
Anak
harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh
tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2.
Anak
memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari
keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3.
Secara
jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Menurut
Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Anak merespon (menaruh perhatian)
terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya.Anak secara spontan menaruh
perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada
disekitarnya. Mereka memiliki minat yang laus dan tersebar di sekitar
lingkungnnya.
2. Anak adalah seorang penyelidik, anak
memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin
mereka ketahui.
3. Anak ingin berbuat, ciri khas anak
adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan berbuat
4. Anak mempunyai minat yang kuat
terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang
penting/bermakna
5. Anak kaya akan imaginasi, dorongan
ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam
pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya
pula dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.
Berkaitan
dengan atmosfir di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat
diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.
1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah
SD (Kelas 1,2, dan 3)
a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani
dan prestasi sekolah
b. Suka memuji diri sendiri
c. Apabila tidak dapat menyelesaikan
sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting
d. Suka membandingkan dirinya dengan
anak lain dalam hal yang menguntungkan dirinya
e. Suka meremehkan orang lain
2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi
SD (Kelas 4,5, dan 6).
a. Perhatianya tertuju pada kehidupan
praktis sehari-hari
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan
realistis
c. Timbul minat pada
pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran
yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
Menurut
Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit.
Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat
membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang,
peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus
dibuat menarik bagi siswa.
E.
PRESFEKTIF
GURU TERHADAP MATA PELAJARAN IPS
Dalam diskusi sederhana di tempat
istirahat, ada keluhan dari guru SMP Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), bahwa
pemerintah seolah-olah memandang sebelah mata terhadap mata pelajaran yang satu
ini. Dia merujuk dari kebijakan Ujian nasional (Unas) yang tidak memasukan mata
pelajaran ini ke dalam ujian pemerintah pusat selain matematika, bahasa
Inggris, bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam benak saya
berpikir positif saja dengan pemikiran tersebut, semoga bukan karena fanatisme
yang sempit terhadap bidang yang diampunya tetapi refleksi bentuk tanggung
jawab moral terhadap perjalanan pendidikan kita.
Di sisi lain pandangan sebagian orang
yang keliru terhadap ilmu sosial bukan merupakan berita baru. Hal ini
dikarenakan secara epistimologinya dianggap tidak mampu memecahkan patologi
sosial yang terjadi di masyarakat. Ketika pelajar bahkan masyarakat tidak
mendapatkan apa yang diinginkan atau tidak mendapatkan pelayanan sosial, mereka
juga akan menjustifikasi ilmu yang satu ini, termasuk dalam kepincangan bidang
politik di Indonesia dan perilaku yang kurang beradab (anti sosial) oleh
sebagian masyarakat, maka selalu saja mengumpat eksistensi aktualisasi dari
ilmu-ilmu sosial.
Persoalannya bukan tidak dimasukannya
IPS dalam Unas, akan tetapi bagaimana ilmu ini menjawab tantangan dan perubahan
masyarakat yang dinamis. Menurut Saidiharjo (2004) Pendidikan Ilmu Sosial
bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan sosial yang berguna bagi kemajuan dirinya baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat. Melalui pembelajaran Ilmu sosial (geografi,
sejarah, ekonomi, sosiologi, kewarganegaraan, antropologi), diharapkan peserta
didik menjadi lebih matang secara emosional, berpikir rasional, memiliki
keterampilan sosial dan intelektual sehingga mampu melahirkan keputusan-keputusan
yang tepat berdasarkan situasi dan kondisi yang dialami.
Pembelajaran IPS harus ber-perspektif
global. Perpektif global merupakan pandangan dimana guru dan murid secara
bersama-sama mengembangkan perspektif dan keterampilan untuk menyelidiki suatu
yang berkaitan dengan isu global. (Idealnya tercermin dalam motto “ thingking
globally and act locally”). Kumpulan para pakar ilmu sosial seluruh dunia yang
berpusat di Amerika yang tergabung dalam wadah “ National Council for the
Sosial Studies “ ( NCSS) pada tahun 1994 memberikan sejumlah rambu-rambu kapan
pembelajaran IPS akan menjadi sangat kuat (powerful) apabila :
1.
Terasa bermakna, yaitu bila siswa mampu menghubungkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dipelajari di sekolah dan luar sekolah,
penyampaian bahan ajar ditujukan pada pemahaman, apresiasi dan aplikasinya
dalam kehidupan.
2.
Pendekatan Integratif, yaitu terintegrasi pengetahuan,
ketrampilan, sikap, nilai, kepercayaan dan keperbuatan nyata,
3.
Berbasis nilai, khususnya menyangkut isu kontroversial
yang memberikan ruang berefleksi dan bereaksi sebagai anggota masyarakat,
bersikap kritis terhadap isu dan kebijakan sosial, serta menghargai perbedaan
pandangan,
4.
Bersifat menantang; siswa ditantang untuk mencapai
tujuan pembelajaran baik secara individual maupun sebagai anggota kelompok,
guru sebagai model untuk mencapai kualitas sesuai standar yang diinginkan, guru
lebih menghargai pendapat siswa dengan alasan yang baik daripada pendapat
asal-asalan.dan
5.
Bersifat aktif, memberi kesempatan berfikir dan terlibat
dalam pengambilan keputusan selama pembelajaran, pengajaran harus berbasis
aktivitas yang dapat ditemui di lingkungan sosial.
Teori belajar behaviour Pavlov dapat menjadi rujukan ; Misalnya sosok
Heni yang berumur 7 tahun untuk pertama kali masuk sekolah, disambut oleh guru
IPS-nya dengan pujian. Belum lagi dua minggu berlalu Heni minta diantarkan ke
sekolah lebih pagi, sambil berkata pada Ibunya, bahwa ia akan menjadi guru IPS
bila sudah besar. Pavlov menyatakan; bila suatu stimulus tak terkondisi,
unconditioned stimulus (US) menimbulkan reaksi emosional unconditioned respon
(UR), seperti takut, marah, gembira, senang dan bahagia, maka memasang stimulus
terkondisi, atau stimulus netral sebelumnya, dengan stimulus tak-terkondisi
akan menghasilkan timbulnya suatu respon terkondisi (seperti takut dan
gembira).
Guru dan Heni melukiskan terjadinya belajar respondennya Pavlov. Pujian
guru dapat ditafsirkan sebagai stimulus tak-terkondisi. Tindakan guru ini
menimbulkan perasaan yang menyenangkan pada diri Heni, yang dapat ditafsirkan
sebagai respon tak terkondisi. Guru dan sekolah yang sebelumnya itu netral,
yaitu stimulus terkondisi, terasosiasi dan segera menimbulkan perasaan yang
menyenangkan.
Perasaan malas siswa terhadap pelajaran IPS yang “over load” (tanpa
seleksi dan adaptasi) sering diidentikan dengan pelajaran hafalan, mungkin
didasarkan pada responden terkondisi, yaitu melihat simbol hafalan menimbulkan
emosi negatif diri siswa, dan inilah yang kerap kali menghalangi siswa untuk
belajar efektif. Sesungguhnya , lingkungan dapat menjadi berpasangan dengan
suatu stimulus yang menimbulkan respon-respon emosional positif. Kata-kata guru
IPS yang ramah, metode pengajaran yang bagus, pendekatan yang bersifat aktif
dan menantang serta terasa bermakna dapat mencegah mereka dari belajar
respons-respons yang tidak diinginkan.
Ketika pembelajaran IPS dikelola secara bermakna, menantang dan berbasis
nilai (value), diharapkan pandangan miring siswa dan masyarakat tentang IPS
dapat direduksi. Penting sekali memahami pengetahuan sosial sehingga kita tahu
realitas sosial dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat, itulah esensi
kontribusi kita terhadap dunia pendidikan. Maka jangan berkecil hati manakala
IPS tidak masuk dalam mata ujian Nasional , masih sangat bermakna!
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak
diberlakukan kurikulum 1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat
terpadu, artinya bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini
disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama
yaitu manusia.
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu
mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat
belajar melalui media cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui
pengalaman hidupnya ditengah-tengah msyarakat. Dengan pengajaran IPS, diharapkan
siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan
bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam
kehidupannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik, Oemar.2003. pendidikan guru. PT Bumi Aksara :
Jakarta.
Ratna
Wilis Dahar,1989. Teori-Teori Belajar, Erlangga. Jakarta.
Saidihardjo,
2004. Pengembangan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Program
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Mukminan,
1998. Belajar Dan Pembelajaran. Pusat Pengembangan Pendidikan Profesi Guru
(P4G). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Hhaha Pak JalilL
BalasHapus